Mengembalikan Kejayaan Bawang Putih di Kabupaten Gunungkidul

Kabupaten Gunungkidul pada Era 90-an dikenal sebagai sebagai penghasil bawang putih (Allium sativum) dengan varietas terkenalnya yakni Lumbu Putih. Varietas Lumbu Putih menjadi primadona pada saat itu dikarenakan cita rasa yang sangat berbeda dengan varietas lainya seperti lumbu hijau dan lumbu kuning. Varietas Lumbu Putih tersebut banyak dibudidayakan di Dusun Logandeng, Desa Logandeng, Kecamatan Playen hal itu bisa dilihat dengan adanya monumen Bawang Putih yang terdapat di Bulak Suren. Namun seiiring berjalannya waktu varietas lumbu putih mulai ditinggalkan selain dari tekstur yang kecil, panen yang cukup lama dan kalah bersaing dengan Bawang Cutting. Pada Tahun 2019 ini Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul melalui dana APBD menganggarkan Bantuan Sarana dan Prasarana Produksi Bawang Putih, sebanyak 35 Kg benih serta sarana produksinya seperti pupuk organik yang dipusatkan di Kecamatan Playen tepatnya di Kelompok Tani Gemah Ripah Logandeng. Salah satu petani yang masih melestarikan varietas lumbu putih yakni Bapak Paidi, beliau menerangkan bahwa saat ini untuk mencari varietas lumbu putih sangat sulit padahal vareitas lumbu putih sangat cocok ditanam di dataran rendah. Selain itu beliau menambahkan akan tetap melestarikan varietas ini dengan tujuan mengembalikan kejayaan bawang putih di Kabupaten Gunungkidul, sejalan dengan Bapak Paidi, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul Ir. Bambang Wisnu Broto menerangkan bahwa Varietas ini mempunyai cita rasa yang berbeda dengan verietas lain serta berharap Kelompok Tani pengembang dapat membudidayakan dengan baik sesuai dengan SOP/GAP sehingga menghasilkan panen yang melimpah.

Adapun varietas yang saat ini banyak dikembangkan yakni varietas bawang putih yang cocok dikembangkan di dataran rendah adalah sebagai berikut. a. Lumbu putih Daerah yang pertama mengembangkannya adalah Yogyakarta. Umbinya berwama putih. umbi memiliki berat sekitar 7 g dengan diameter 3-3,5 cm, jumlah siung per umbi 15-20 buah. Daun berukuran sempit, lebamya kurang dari 1 cm. Posisi daun tegak. Produksi rata-ratanya 4-7 ton/ha. b. Jati barang Banyak dikembangkan di daerah Brebes, Jawa Tengah. Umbinya tak putih benar melainkan kekuningan tetapi kulit luamya tetap putih. Penampilan umbi agak kecil, diameter sekitar 3,5 cm. Sebuah umbi memiliki berat sekitar 10-13 g. Ada 15-20 siung yang tersusun secara tak teratur pada umbi. Rata-rata produksinya antara 3-3,5 ton/ha. c. Bagor Varietas ini berasal dari Nganjuk, Jawa Timur. Kulit umbinya yang putih buram berdiameter 3-3,5 cm. Umbinya berwama kuning. Bentuk umbi tak terlalu bulat melainkan agak lonjong. Berat sebuah umbi hanya 8-10 g dengan jumlah siung 14-21 per umbi. Dari satu hektar lahan dapat dihasilkan 5-7 ton bawang putih. d. Sanur Bawang putih varietas sanur banyak dikembangkan di Pulau Dewata, Bali. Umbinya berukuran besar, berdiameter 3,5-4 cm. Sebuah umbi memiliki berat 10-13 g. Selubung kulit berwarna putih, umbinya sendiri berwarna kuning. Susunan siung pada umbi tidak teratur dengan jumlah siung per umbi 15-20 buah. Hasil umbi yang dapat dipanen sekitar 4-6 ton/ha. Varietas bawang putih yang terkenal seperti lumbu hijau dan lumbu kuning kurang mampu beradaptasi dengan dataran rendah. Lumbu hijau cocok untuk dataran tinggi, sedangkan lumbu kuning masih toleran dengan dataran medium

Sumber pertumbuhan baru ekonomi dalam pembangunan pertanian, bawang putih (Allium sativum) termasuk genus afflum atau di Indonesia lazim disebut bawang putih. Bawang putih termasuk klasifikasi tumbuhan terna berumbi lapis atau siung yang bersusun. Bawang putih tumbuh secara berumpun dan berdiri tegak sampai setinggi 30 -75 em, mempunyai batang semu yang terbentuk dari pelepah-pelepah daun. Helaian daunnya mirip pita, berbentuk pipih dan memanjang. Akar bawang putih terdiri dari serabut-serabut kecil yang bejumlah banyak. Dan setiap umbi bawang putih terdiri dari sejumlah anak bawang (siung) yang setiap siungnya terbungkus kulit tipis berwarna putih. Bawang putih yang semula merupakan tumbuhan daerah dataran tinggi, sekarang di Indonesia, jenis tertentu dibudidayakan di dataran rendah. Bawang putih berkembang baik pada ketinggian tanah berkisar 200-250 meter di atas permukaan laut.

Bawang putih menjadi komoditas yang saat ini masih impor dari luar negeri, maka dari itu Kabupaten Gunungkidul melalui Varietas Lumbu Putih berharap dapat menjadi pionir daerah lain untuk mengembangkan bawang putih selain melestarikan varietas lokal juga menekan angka impor. Selain menjadi tolak ukur daerah lain untuk ikut melestarikan varietas lokal, dengan adanya pengembangan bawang putih ini mengembalikan kejaayaan bawang putih di Kabupaten Gunungkidul seperti pada era 90 an atau bahkan melampaui capaian pada saat itu.--RdH

Berita Terkait

Komentar via Facebook

Kembali ke atas

Pencarian




semua agenda

Agenda

semua download

Download

Statistik

936657

Pengunjung Hari ini :
Total pengunjung : 936657
Hits hari ini :
Total Hits :
Pengunjung Online :

Jajak Pendapat

Bagaimanakah tampilan website Pertanian?
Sangat Puas
Puas
Cukup Puas
Kurang Puas

Lihat

Aplikasi PPID