Perkembangan Harga Pangan Tingkat Produsen/Petani Kabupaten Gunungkidul Bulan Maret 2020

Harga pangan merupakan salah satu indikator strategis untuk mengetahui status ketahanan pangan masyarakat. Keterjangkauan masyarakat terhadap pangan, ditentukan oleh tingkat produksi pangan yang dihasilkan dan harga sarana produksi dan biaya usahatani. Pentingnya informasi harga pangan di tingkat produsen, disamping melindungi konsumen tetapi juga agar tetap memperhatikan pendapatan produsen (petani).

Keseimbangan harga sebenarnya akan muncul secara alami dengan sendirinya seiring dengan naik turunnya pasokan dan permintaan konsumen. Faktor kreativitas dan teknologi untuk mengolah kelebihan stok di luar kebutuhan pasar inilah yang perlu dilakukan petani supaya lebih awet dan nilai tambahnya ada.

Perkembangan harga komoditas tanaman pangan tingkat produsen di Kabupaten Gunungkidul bulan Maret 2020dibandingkan bulan Februari 2020 mengalami perubahan harga yang relatif stabil dengan besaran koefisien variasi antara 0,56 - 13,32. Pada komoditas tanaman pangan, harga di tingkat petani cenderung mengalami penurunan, untuk gabah kering giling (GKG) turun sebesar 1,44%, kacang tanah wose turun 3,57%, gaplek turun 2,29%, dan harga jagung yang mengalami penurunan harga paling besar yaitu sebesar 17,21%. Kedelai mengalami sedikit kenaikan sebesar 0,79%. Untuk komoditas hortikultura (cabe keriting dan cabe rawit) mengalami perubahan harga yang cukup besar atau fluktuasi harga cukup tinggi dengan besaran koefisien variasi 28,43 untuk cabe keriting merah dan 24,57 untuk cabe rawit merah. Cabe keriting merah dan cabe rawit merah  mengalami penurunan harga cukup besar, masing-masing sebesar 33,48% dan 29,60%.

No

Komoditas

Bulan Februari 2020

Bulan Maret 2020

Perubahan

CV

Rp.

%

1

Gabah Kering Giling (Kg)

4.875

4.805

-70,00

-1,44

1,02

2

Jagung Pipil Kering (Kg)

4.113

3.405

-708,00

-17,21

13,32

3

Kedelai (Kg)

6.945

7.000

55,00

0,79

0,56

4

Kacang Tanah Wose

21.000

20.250

-750,00

-3,57

2,57

5

Gaplek

3.275

3.200

-75,00

-2,29

1,64

6

Cabe Keriting Merah (Kg)

34.305

22.821

-11.484,00

-33,48

28,43

7

Cabe Rawit Merah (Kg)

37.562

26.442

-11,120,00

-29,60

24,57

 

Harga gabah kering giling (GKG) mengalami sedikit penurunan sebesar Rp. 70,- yaitu dari Rp.4.875,- di bulan Februari menjadi Rp. 4.805,- di buan Maret, harga kacang tanah kering dan gaplek juga mengalami penurunan yaitu kacang tanah sebesar Rp.750,- dan gaplek sebesar Rp 75,- Harga jagung yang mengalami penurunan relatif besar yaitu 17,21% dari harga Rp. 4.113,- di bulan Februari menjadi Rp. 3.405,- di bulan Maret. Untuk komoditas tanaman pangan rata-rata mengalami penurunan harga karena petani di Kabupaten Gunungkidul sedang panen raya.

Harga komoditas hortikultura bulan Maret dibandingkan bulan Februari secara umum juga mengalami penurunan harga. Cabe keriting merah mengalami penurunan harga yang cukup signifikan yaitu sebesar Rp. 11.484,- atau 33,48% dari harga Rp. 34.305,- menjadi Rp. 22.821,-.Bahkan harga terus turun, tanggal 31 Maret terpantau Rp 17.000,- .Harga cabe rawit merah juga mengalami penurunan  harga yaitu Rp. 11.120,- atau 29,60% yaitu dari harga bulan Februari Rp. 37.562,-/Kg menjadi Rp. 26.442,-/Kg di bulan Maret. Komoditas cabe keriting dan cabe rawit mengalami penurunan harga cukup besar dikarenakan bulan Februari, Maret inipetani cabe di Gunungkidul dan kabupaten lain di DIY tengah panen raya. Walaupun harga turun, khususnya di Gunungkidul harga cabe masih menguntungkan petani karena masih diatas BEP (Break Even Point) atau titik impas/balik modal, yaitu Rp 9.000,- - 10.000,-/kg.

Terkait dampak Covid-19 terhadap harga komoditas pertanian di tingkat produsen/petani di bulan Maret ini relatif tidak/belum terpengaruh, harga masih relatif stabil cenderung turun karena memang wilayah Gunungkidul bulan Februari, Maret ini sedang memasuki masa panen. Tetapi dampak Covid-19 sudah mulai terasa minggu terakhir bulan Maret ini, dimana masyarakat mulai sadar akan pentingnya Social Distancing, pengurangan mobilitas warga, sehingga aktivitas jual beli terutama di pasar-pasar mengalami penurunan. Pedagang mulai kesulitan menjual di pasar atau mengirim ke kota/daerah lain. Disamping itu daya beli masyarakat juga mulai turun karena ada himbauan untuk tidak bekerja di luar rumah, sehingga pendapatan berkurang. Kegiatan-kegiatan kemasyarakatan, resepsi pernikahan ditiadakan, rapat-rapat ditunda, obyek pariwisata ditutup, dll. Kemungkinan jika kondisi dan situasi ini terus berlanjut akan berdampak pula pada harga di tingkat produsen/petani.  --FE

Berita Terkait

Komentar via Facebook

Kembali ke atas

Pencarian




semua agenda

Agenda

semua download

Download

Statistik

956421

Pengunjung Hari ini :
Total pengunjung : 956421
Hits hari ini :
Total Hits :
Pengunjung Online :

Jajak Pendapat

Bagaimanakah tampilan website Pertanian?
Sangat Puas
Puas
Cukup Puas
Kurang Puas

Lihat

Aplikasi PPID