Petani Tadah Hujan Gunungkidul Panen SURJAN TURIMAN PAJALE

Playen (Selasa ,7/07/2020). DPP Gunungkidul bersama BPTP DIY dan poktan Sido Rukun melakukan panen bersama turiman pajale sistem surjan di bulak Waung, Wiyoko Utara, Plembutan, Playen, Gunungkidul. Hadir dalam kesempatan ini Staf Ahli Bupati Bidang Ekonomi dan Pembangunan Ir.Khaerudin,MSi., Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul Ir. Bambang Wisnu  Broto beserta jajarannya, Kepala BPTP Balitbangtan Yogyakarta Dr. Soeharsono, S.Pt., MS beserta Tim peneliti, Tim Supervisi Kostratani DIY drh. Indarto Suharsono, MMT, Penewu Playen dan staff, Lurah Plembutan dan staff, penyuluh BPP Playen serta para petani anggota poktan Sido Rukun.

Dalam sambutannya Kepala DPP Ir. Bambang Wisnu Broto, menyatakan model turiman jale menjadikan petani untung berlipat karena bisa panen jagung dan kedelai dalam satu waktu musim tanam. "ini bisa jadi solusi mengangkat kembali minat petani menanam kedelai yang selama ini lesu. dengan turiman jale bisa panen jagung layaknya monokultur tapi dapat bonus panen kedelai" ungkapnya.

Kepala  BPTP Balitbangtan Yogyakarta menjelaskan  bahwa pemilihan komoditas varietas, pengelolaan air, serta pemilihan teknologi budidaya yang tepat mampu meningkatkan produktivitas, produksi dan pendapatan petani di lahan kering, salah satu solusinya adalah turiman pajale ini.

Tim supervisi Kostratani DIY mengungkapkan optimisme kepada petani khususnya di Gunungkidul dan DIY bahwa swasembada pajale dapat terwujud hal ini dibuktikan dilahan keringpun di musim kemarau masih bisa memanen padi jagung dan kedelai.

Panewu Playen dan Lurah Plembutan juga mengapresiasi kepada tim peneliti dan petani yang telah menjadikan wilayahnya panen padi di musim kering ini. Tentunya sinergi semua pihak diperlukan sehingga diharapkan sistem surjan turiman dapat diadopsi secara luas oleh petani baik di MT I, II dan III.

Petani diharapkan mampu menerapkan model turiman pajale surjan dengan memanfaatkan sumur pompa dan damparit yang telah dibangun. Untuk memenuhi kebutuhan air tanaman yang berbeda maka padi ditanam pada lahan yang lebih rendah sedangkan kedelai dan jagung ditanam lahan yang lebih tinggi. Model yang biasa digunakan di wilayah kulonprogo sekarang dapat diterapkan di Gunungkidul. "Petani dapat menanam padi jagung kedelai pada satu musim tanam yang sama, bahkan petani menanam sayuran (sawi, kangkung, selada) disela tanaman jagung setelah kedelai dipanen" ungkap Saridi selaku petani pelaksana di lokasi demplot. Dilaporkan oleh poktan Sido Rukun bahwa pada MT II 2020 Padi varietas Situ Bagendit menghasilkan 7.48 t/ha, Inpari 42 = 7,39 t/ha, Inpari 24 = 6,61 t/ha dan Inpari 43 = 6,82 t/ha. Kedelai Dega-1 menghasilkan 1.7 ton/ha sedangkan hasil tongkol jagung belum siap panen, sedang potensi pakan hijauan jagung bisi 2 menghasilkan 7.8 t/ha, P36 = 8.80 t/ha serta NK 212 = 9.6 t/ha.

Pada kesempatan panen juga dilakukan demo alat panen oleh petani yang dipandu peneliti Mahargono, SP. menggunakan mesin reaper (pemotong panen padi), dimana alat ini mampu meningkatkan efisiensi waktu panen, tenaga kerja serta menurunkan losses.

Diharapkan dengan alat reaper dapat diadopsi secara luas, untuk mendukung program swasembada padi jagung kedelai.—(RY)

Berita Terkait

Komentar via Facebook

Kembali ke atas

Pencarian




semua agenda

Agenda

semua download

Download

Statistik

959990

Pengunjung Hari ini :
Total pengunjung : 959990
Hits hari ini :
Total Hits :
Pengunjung Online :

Jajak Pendapat

Bagaimanakah tampilan website Pertanian?
Sangat Puas
Puas
Cukup Puas
Kurang Puas

Lihat

Aplikasi PPID