Kunjungan Kerja Staf Khusus Ahli Menteri Pertanian Bidang Komunikasi Pembangunan Pertanian Ke Sentra Produksi Kakao Di Kabupaten Gunungkidul

PATUK (Sabtu,22/08/2020).Pada hari Sabtu tanggal 22 Agustus 2020, Kelompok Tani Ngudi Raharjo II Dusun Ploso Kerep  Desa Bunder, Kapanewon Patuk, Kabupaten Gunungkidul  menerima kunjungan kerja Staf Khusus Ahli Menteri Pertanian Bidang Komunikasi Pertanian, Bapak Yesiah Ery Tamalagi.

Dalam kunjungannya, Staf Khusus Ahli Menteri Pertanian Bidang Komunikasi Pertanian didampingi oleh Kepala BPTP Balitbangtan Yogyakarta, Kepala Balai Karantina Pertanian Yogyakarta dan Direktur Polbangtan Yogyakarta Magelang serta Kepala Dinas Pertanian dan Pangan  Kabupaten Gunungkidul Ir.Bambang Wisnu Broto menerima kunjungan tersebut dengan didampingi oleh Koordinator BPP Kecamatan Patuk , PPL Desa dan beberapa kelompok Tani Kakao di Desa Bunder.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul melaporkan bahwa sektor pertanian di Kabupaten Gunungkidul berkontribusi pada PDRB sebanyak 24,3%. Salah satu sentra produksi kakao di Gunungkidul yaitu di Patuk  seluas 700 ha dari total sekitar  3.500 ha di Kabupaten Gunungkidul.

Paryanto Ketua Kelompok tani Ngudi Raharjo II melaporkan bahwa kakao di Patuk sudah 3 generasi dari mulai tanam sampai saat ini  umur kakao nya sudah tua (umur tanaman sekitar 15 tahun). Kelompok dan anggota sudah merasakan keberhasilan budidaya kakao berdasarkan kajian dan pendampingan dari  Dinas Perkebunan Kabupaten waktu itu Dan Dinas Pertanian dan Pangan saat ini Serta BPTP Balitbangtan Yogyakarta sehingga mulai bangkit lagi. Teknologi hasil kajian BPTP Yogyakarta yang diintroduksikan dan mendapat apresiasi dari Staf Khusus tersebut yaitu teknologi  P3S + Air (Pemangkasan, Pemupukan, Panen Sering dan Sanitasi ) serta embung mini ukuran 2 x 2 x 2 m2 untuk kapasitas 500 m2 sebagai  pengairan kakao pada musim kemarau.

Tanggapan positif dari Staf Khusus Ahli Menteri Pertanian. Beliau sangat terinspirasi oleh inovasi dan semangat petani dan inovasi teknologi P3S + Air untuk peningkatan produktivitas kakao umur tua (> 15 tahun), karena  biasanya peningkatan produktivitas dilakukan dengan peremajaan tanam baru. Inovasi penanganan kakao tua dengan target 4 kg/pohon/tahun terbukti dapat tercapai pada panen ke-8 dengan berhasil panen sering sebanyak antara 50 - 150 buah. Hasil evaluasi lahan dapat disimpulkan bahwa di Patuk untuk lahan kakao menjadi kelas S1(Sangat Sesuai)karena dapat berbuah sepanjang tahun dengan introduksi embung mini/rorak dalam mengatasi faktor pembatas  ketersedian air khususnya pada musim kemarau.

Staf Khusus Ahli Menteri Pertanian memberikan apresiasi  untuk inovasi teknologi pascapanen kakao primer dan sekunder. Teknologi fermentasi biji kakao dengan depulping dan penggunaan kultur starter Lactobacillus plantarum HL-15, dapat menghambat pertumbuhan jamur penghasil mikotoksin dan meningkatkan pendapatan petani.  Hasil kajian teknologi fermentasi tersebut, mampu menghasilkan biji kakao fermentasi yang memenuhi standar SNI.  Hasil samping proses depulping biji kakao, yaitu pulp kakao, sedang dalam tahap pengkajian, diproses menjadi minuman fermentasi dengan menggunakan kultur Lactobacillus plantarum.

Dilaporkan oleh ketua kelompok Ngudi Raharjo II Paryanto, olahan produk cokekat yang sudah diproduksi yaitu nib (bahan utama untuk pembuatan coklat),  bubuk cokelat, lemak cokelat, permen cokelat dan produk kosmetik dari lemak cokelat. 

Kunjungan  kerja berakhir di Taman Teknologi Pertanian Nglanggeran dan Embung Nglanggeran.  Produk olahan cokelat berupa minuman 3 in one, permen cokelat dan ice cream. Produk produk olahan cokelat baik yang dihasilkan kelompok tani maupun TTP Nglanggeran dinilai sudah bagus, menarik dan berpotensi untuk dipasarkan ke skala yang lebih luas.

Terakhir disampaikan beberapa poin arahan Staf Khusus Ahli Menteri Pertanian untuk semua kegiatan dan kelompok tani, yaitu (1). Perkuat jaringan (2). Jangan cepat puas diri (3). Manfaatkan peluang (4).  harus menjadi trendsetter (5).  Buka komunikasi seluas luasnya (6).Perkuat untuk promosi pemasaran dan (7). Merubah pola pikir bahwa meskipun kakao bukan prioritas nasional, tetapi berapa banyak petani yang terlibat pada produksi kakao dan mengandalkan pendapatan  dari kakao sehingga kakao menjadi penting/prioritas di lokal daerah tersebut.—(RY)

Berita Terkait

Komentar via Facebook

Kembali ke atas

Pencarian




semua agenda

Agenda

semua download

Download

Statistik

961089

Pengunjung Hari ini :
Total pengunjung : 961089
Hits hari ini :
Total Hits :
Pengunjung Online :

Jajak Pendapat

Bagaimanakah tampilan website Pertanian?
Sangat Puas
Puas
Cukup Puas
Kurang Puas

Lihat

Aplikasi PPID