Epidemiologi Veteriner Sebagai Satu Langkah Pengendalian Penyakit Hewan
Setiap negara memiliki sistem surveilans penyakit hewan masing-masing. Surveilans diperlukan untuk memahami kondisi kesehatan hewan disuatu negara sehingga setiap masalah dapat diidentifikasi dan ditindaklanjuti. Seiring dengan waktu, pendekatan surveilans penyakit hewan dengan menggunakan pengembangan basis data populasi yang komprehensif, ketersediaan manajemen data dan alat bantu analisis yang lebih baik, teknik-teknik statistik serta pemahaman yang lebih baik mengenai konsep resiko dalam surveilans.
Dokter hewan sebagai sumber daya manusia yang mengemban misi mulia dalam pengendalian penyakit hewan dituntut untuk ikut terlibat langsung merencanakan kegiatan-kegiatan surveilans, dan atau untuk meningkatkan surveilans yang sudah berjalan. Secara garis besar terdapat empat tujuan umum surveilans yaitu membuktikan status bebas penyakit, deteksi dini kejadian penyakit, mengukur tingkat penyebaran penyakit dan menemukan kasus penyakit.
Saat ini surveilans menjadi bidang teknis yang kompleks sehingga dibutuhkan keahlian tertentu untuk mengevaluasi keuntungan dan kerugian dari berbagai pilihan surveilans serta untuk memilih pendekatan yang paling sesuai dengan situasi tertentu, sehingga diperlukan ketrampilan petugas dibidang kesehatan hewan sehingga bisa bertugas secara profesionalisme.
Oleh karena itu Balai Besar Pelatihan Kesehatan Hewan Cinagara Bogor mengadakan Pelatihan Teknis Epidemiologi Veteriner, untuk medik veteriner yang dilaksanakan mulai hari Minggu 8 September 2019 sampai dengan hari Minggu 14 September 2019, dimana Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul mengirimkan drh. Asih Yustita sebagai peserta pelatihan.
Peserta merupakan dokter hewan yang secara aktif bertugas dalam kegiatan surveilans kesehatan hewan, berjumlah 30 orang. Sebanyak 28 orang berasal dari dinas kabupaten dan provinsi dari Propinsi DI.Yogyakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, Riau, Kalimatan Timur dan 1 0rang dari BET Cipelang Bogor serta 1 orang dari BBPKH Cinagara.
Meningkatkan kompetensi petugas dalam pelaksanan kegiatan surveilans untuk membuktikan status bebas penyakit, deteksi dini kejadian penyakit, mengukur tingkat penyebaran penyakit dan menemukan kasus penyakit.
Materi Pelatihan sebanyak 56 jam pelajaran, setiap jamnya 45 menit, meliputi :
- Kebijakan Kesehatan Hewan Nasional
- Budaya Kerja Aparatur
- Dasar Surveilans
- Prinsip Dasar Epidemiologi
- Pengukuran Penyakit
- Surveilans Kesehatan Hewan
- Peran ISIKHNAS dalam Pengendalian Penyakit
- Investigasi Penyakit
- Profesionalisme Dokter hewan Epidemiologis
- Sampling Berdasarkan Sampel
- Epidemiologi Deskriptif
- Langkah-langkah Investigasi (Observasi lapang)
- One Health
- Seminar
Hasil Pelatihan yang diharapkan adalah agar peserta mempunyai kemampuan untuk :
- Mendefinisikan epidemiologi. Epidemiologi adalah ilmu tentang distribusi kesehatan dan penyakit pada suatu populasi dan faktor-faktor / determinan – determinan yang memengaruhinya.
- Penerapan epidemiologi lapangan dalam kondisi antara lain : masalah tak terduga , dituntut respon tepat waktu, harus bekerja di lapangan untuk pemecahan masalah , dan penyelidikan terbatas karena intervensi harus tepat waktu, sehingga membutuhkan pendekatan tersendiri.
- Dalam penerapan epidemiologi lapangan diperlukan pengembangan rancangan penelitian yang optimal atas data/kepentingan yang ada, pemaduan kebutuhan publik dan data ilmiah yang tinggi, tepat waktu, menggarap masalah dalam berbagai rates, kebutuhan sumber daya, memilih metode epidemiologi ( deskriptif / analitis), dan menggali kausalitas ke sumber/agen etiologis.
- Surveilans adalah pengumpulan dan analisis informasi yang berkaitan dengan penyakit pada populasi secara sistematis dan terus-menerus, serta distribusi informasi secara tepat-waktu sehingga keputusan yang tepat dapat diambil.
- Langkah-langkah dalam proses surveilans meliputi: Mencari tahu keberadaan penyakit , Melaporkan temuan, Merangkumkan dan menganalisis data; Membuat hasil untukditafsirkan dan Mengambil keputusan berdasarkan data dan penafsirannya.
- Penggunaan surveilans antara lain untuk mengevaluasi langkah pengendalian, mengidentifikasi tren untuk membantu proses pengembangan kebijakan manajemen risiko, mengidentifikasi bahaya baru, mengevaluasi penting nilai relatif berbagai penyakit sehubungan dengan kesehatan masyarakat, kesehatan hewan, atau kesejahteraan hewan, mendukung perencanaan, pengembangan, dan pelaksanaan kebijakan, menghasilkan hipotesis mengenai etiologi, dinamika, atau tren penyakit, menyampaikan informasi yang akurat mengenai prevalensi/insidensi penyakit, memenuhi kewajiban pelaporan perdagangan dan internasional, mengalokasikan sumber daya secara efisien
- Surveilans Kesehatan hewan diperlukan untuk mengetahui status suatu daerah, kebutuhan produk hewani meningkat setiap tahun, ancaman penyakit zoonosis, tantangan munculnya penyakit baru setiap tahun, beberapa penyakit hewan menyebabkan dampak ekonomi yang sangat besar, keperluan perdagangan
- Kategori tujuan surveilans :
- Surveilans untuk penyakit yang memang ada di tempat kita (Jika ada tujuannya untuk menemukan kasus penyakit dan mengukur tingkat dan distribusi penyakit dan Jika tidak ada penyakit, tujuannya untuk deteksi dini penyakit baru, yang baru muncul, atau eksotik dan mendemonstrasikan bebas dari penyakit).
- Mengukur tingkat dan distribusi penyakit, Untuk keperluan menetapkan penyakit prioritas,menetapkan tindakan pengendalian penyakit, Analisis risiko dan evaluasi program pengendalian penyakit.
- Menemukan kasus, Penemuan kasus bertujuan untuk menemukan hewan atau kawanan hewan yang terinfeksi dan kemudian menangani atau mengeluarkannya dari populasi untuk mencegah penularan atau perluasan penyebaran penyakit tersebut.
Komponen penting yang diperlukan di dalam melakukan aktifitas surveilans (OIE 2012) adalah sebagai berikut:
- Populasi, Populasi dimana surveilans dilakukan harus didefinisikan dengan jelas, apakah meliputi suatu negara, pulau, atau kompartemen.
- Jangka waktu, Surveilans harus dilakukan pada jangka waktu yang dapat menggambarkan mata rantai infeksi penyakit, yaitu biologi dari infeksi dan risiko pemasukan dan penyebarannya.
- Unit epidemiologis, Unit epidemiologis adalah sekumpulan hewan yang memiliki peluang yang sama untuk terpapar oleh agen patogen, misalnya unit epidemiologisnya adalah peternakan atau desa
- Penggerombolan(clustering), Penyakit biasanya menyebar tidak secara acak atau seragam, tetapi dalam bentuk gerombol (cluster). Penggerombolan dapat dilakukan dalam berbagai tingkatan, misalnya kelompok ternak pada suatu kawanan ternak, kandang di dalam suatu peternakan, peternakan di dalam suatukompartemen.
- Definisi kasus, Kasus harus didefinisikan dengan kriteria yang jelas untuk setiap penyakit atau infeksi yang akan dilakukan surveilans. Definisi kasus dapat menggunakan gejala klinis atau sindroma yang tampak, uji patologis maupun uji laboratorium/uji diagnostik. Untuk beberapa penyakit, definisi kasusnya dapat dilihat di OIE Terrestrial Animal Health Code.
- Metode analisis, Data surveilans harus dianalisis dengan metode yang tepat dan pada tingkat organisasional yang tepat sehingga dapat digunakan untuk membuat keputusan mengenai intervensi yang akan dilakukan.
- Pengujian, Definisi kasus untuk suatu penyakit pada umumnya berdasarkan hasil uji diagnostik dari satu atau beberapa pengujian. Oleh karena itu, sensitifitas dan spesifisitas uji diagnostik yang digunakan perlu diperhatikan karena sensitifitas dan spesifisitas suatu alat uji akan berakibat terhadap kesimpulan suatu sistem surveilans. Untuk mengetahui sensitifitas dan spesifisitas beberapa alat uji dapat mengacu kepada OIE Manual of Diagnostic Tests and Vaccines for TerrestrialAnimals.
- Penjaminan kualitas,Untuk menjamin kualitas suatu sistem surveilans maka perlu dilakukan audit berkala untuk memastikan bahwa sistem berjalan dengan baik dan sesuai dengan rancangan yang telah dibuat.
- Validasi, Data yang diperoleh dari kegiatan surveilans berpotensi untuk berbias. Oleh karena itu, perlu kehati-hatian di dalam merancang metode pengambilan data dan perlu dilakukan identifikasi terhadap bias-bias yang potensial yang dapat menyebabkan kesalahan di dalam menarik kesimpulan hasil surveilans.
- Pengumpulan dan manajemen data, Keberhasilan suatu sistem surveilans bergantung pada keabsahan proses pengumpulan dan manajemen data.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas data yang dikumpulkan adalah:
- Distribusi dan komunikasi data.
- Kemampuan sistem pengolahan data didalam mendeteksi data yang hilang, tidakkonsisten, dan penanganan masalah-masalah tersebut.
- Penanganan data mentah (disaggregated), bukan data yang sudah dikompilasi atau ringkasan data.
- Minimalisasi kesalahan di dalam proses pencatatan dan komunikasi
Epidemiologi lapangan sangat penting dalam rangka menentukan surveilans dan dalam memilih pendekatan yang paling sesuai dengan situasi tertentu untuk membuktikan status bebas penyakit, deteksi dini kejadian penyakit, mengukur tingkat penyebaran penyakit dan menemukan kasus penyakit serta dalam pengendalian dan pencegahan penyakit secara efektif dan efisien disuatu wilayah. ----RW.
Berita Terkait
- DPP LAKSANAKAN APEL HARI OTDA KE XXVIII
- DUA SUMUR BOR PERTANIAN DI NGAWEN DIRESMIKAN BUPATI GUNUNGKIDUL
- PEKAN TANI #3 PANGAN LOKAL GAWANG INFLASI PERTANIAN GUNUNGKIDUL
- PERESMIAN INFRASTRUKTUR PERTANIAN DI KARANGMOJO OLEH BUPATI GUNUNGKIDUL
- PAPARAN RANWAL RENJA 2025 DINAS PERTANIAN DAN PANGAN DALAM FORUM GABUNGAN PERANGKAT DAERAH