Pengawasan Pemotongan Betina Produktif Di Pasar Hewan Siyonoharjo

Rabu, 25 September 2019

Administrator1

Informasi

Dibaca: 1451 kali

Pemotongan betina produktif merupakan masalah pelik dalam upaya percepatan peningkatan populasi sapi/kerbau di Indonesia. Strategi pemerintah dalam pengendalian betina produktif adalah dengan menetapkan daerah prioritas yaitu daerah dengan pemotongan betina cukup tinggi, merupakan sentra peternakan, dan memiliki Rumah Potong Hewan (RPH). Di DIY terdapat 2 Kab/kota yang menjadi daerah pengawasan, yaitu Kota Yogyakarta dan kabupaten Bantul, Sedangkan Gunungkidul, Sleman, dan Kulon Progo merupakan daerah penyangga. Berdasarkan Permentan Nomor 48 Tahun 2016, bahwa dalam melakukan pengendalian betina produktif, baik untuk penyelamatan dari pemotongan ataupun untuk mempertahankan dan/atau meningkatkan jumlah akseptor maka perlu dilakukan pengawasan yang dimulai dari hulu sampai hilir yaitu di RPH. Mekanisme pengendalian betina produktif dilakukan dalam dua sector yaitu hulu dan hilir. Jenis kegiatan di sector hulu antara lain pemeriksaan dan penerbitan SKSR (Surat Keterangan Status Reproduksi ), pemeriksaan status reproduksi. Fokus kegiatan ini dilakukan kepada para peternak, kelompok ternak, chekpoint, pasar hewan dan kandang jagal.  Tugas pengawas kesmavet sector hulu adalah melakukan verifikasi SKSR, fasilitasi SKSR, dan sosialisasi pengendalian betina produktif.

Sebagai pasar hewan  terbesar di Kab Gunungkidul, Pasar Hewan Siyonoharjo mendapat perhatian dari petugas pengawas kesmavet Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul. Setiap pasaran Wage, drh Nanik Triana selaku pengawas kesmavet  melaksanakan ketugasan dalam hal pengendalian pemotongan betina produktif di sector hulu. Sesuai dengan ketugasan di sector hulu, petugas kesmavet  melakukan verifikasi SKSR, sosialisasi kepada pedagang, dan memfasilitasi ternak sapi untuk mendapatkan SKSR dari UPT Puskeswan. Petugas yang menerbitkan SKSR adalah petugas dari UPT yang membawahi wilayah kerja pasar hewan Siyonoharjo yaitu UPT Puskeswan Playen. Dokter Hewan UPT Puskeswan Playen melakukan Identifikasi Status Reproduksi (ISRA) melalui pemeriksaan perrectal dan kemudian menerbitkan SKSR. SKSR ini kemudian diverifikasi oleh petugas Pengawas Kesmavet.  Sapi yang masih produktif tidak boleh dipotong. Pengawas Kesmavet juga memastikan agar ternak diistirahatkan di tempat yang terlindung dari panas dan hujan.

Melalui program ini diharapkan dapat menekan jumlah pemotongan betina produktif. Keberhasilan ini sangat bergantung pada seberapa baik koordinasi dan komitmen antara stakeholders. Komitmen dari pemerintah daerah menjadi faktor yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan program pengendalian betina produktif. --NT

Berita Terkait

Komentar via Facebook

Kembali ke atas

Pencarian




semua agenda

Agenda

semua download

Download

Statistik

966058

Pengunjung Hari ini :
Total pengunjung : 966058
Hits hari ini :
Total Hits :
Pengunjung Online :

Jajak Pendapat

Bagaimanakah tampilan website Pertanian?
Sangat Puas
Puas
Cukup Puas
Kurang Puas

Lihat

Aplikasi PPID